ASESMEN KETERAMPILAN BERBAHASA
Asesmen Keterampilan Berbahasa
1. Asesmen Keterampilan Mendengarkan
Mendengarkan merupakan proses kegiatan memdengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresisasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Kemampuan mendengarkan merupakan bagian yang penting yang tidak dapat di abaikan dalam pembelajaran bahasa, terutama bila tujuan penyelenggaranya adalah penguasaan kemampuan bahasa selengkapnya.
Beberapa bentuk asesmen memdengatkan adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi peristiwa atau kejadian
b. Identifikasi tema cerita
c. Identifikasi topik percakapan
d. Menjawab pertanyaanwacana
e. Merumuskan inti wacana
f. Menceritakan kembali
2. Asesmen Keterampilan Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengespresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka si pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin di komunikasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
bentuk-bentuk asesmen berbicara tersebut antara lain sebagai berikut :
Berbicara singkat berdasarkan gambar, asesmen ini meminta peserta tes untuk berbicara singkat
Wawancara, asesmen ini dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan pada peserta tes.
Menceritakan kembali, setelah peserta tes dibacakan sebuah teks kemudian ia menceritakan kembali dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Pidato atau berbicara bebas, guru mempersilakan tes untuk memilih topik yang ditawarkan kemudian menyusun menjadi pokok-pokok pikiran.
Percakapan terpimpin, guru menceritakan suatu situasi percakapan dengan topik tertentu.
Diskusi, membentuk siswa dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok diberi topik diskusi yang berbeda kemudian guru mengadakan evaluasi pada masing-masing kelompok untuk mengukur kemampuan berbicara siswa.
3. Asesmen Keterampilan Membaca
Membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang meliputi proses fisik dan psikologis. Sesuai dengan hakikatnya membaca sebagau suatu proses, pembelajaran membaca, baik pembelajaran membaca permulaan maupun pembelajaran membaca lanjut dilaksanakan agar anak menguasai proses membaca.
menurut Djiwandono (1996), yang menjadi tujuan pokok dari pelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa adalah kemampuan memahamu isi bacaan.
Tingkatan kognitif dalam asesmen kemampuan membaca dapat dibuat secara berjenjang. Taksonomi Bloom pada domain kognitif berupa enam tingkat kognisi, yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dari taksonomi ini, dapat disusun taksonomi membaca menjadi tingkat literal, interpretatif, dan kritis/ kreatif.
4. Asesmen Keterampilan Menulis
Menulis merupakan aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Dalam menulis dilibatkan berbagai aspek kebahasaan yang meliputi: penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi, penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengelohan gagasan, dan pengembangan model karangan.
Asesmen kemampuan menulis dapat dibuat dalam beberapa bentuk. Bentuk-bentuk asesmeb kemampuan menulis tersebut adalah sebagai berikut : a). Tes Unsur-unsur Kemampuan Menulis. b). Menulis Reproduksi. c). Menulis Produksi.
2.2 Asesmen Aspek Kesastraan
1. Asesmen keterampilan mendengarkan
Kemampuan mendengarkan adalah kemampuan memahami gagasan pihak lain yang disampaikan lewat suara, baik langsung maupun tidak langsung lewat media tertentu. Untuk keperluan ini, siswa harus benar-benar diberi tugas untuk mendengarkan tuturan bahasa, entah yang berwujud penuturan langsung atau penuturan lewat media elektronik tertentu, dan kemudian diminta untuk menampilkan hasil pemahamannya dengan mempergunakan indikator-indikator tertentu.
2. Asesmen keterampilan berbicara
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara lisan. Untuk keperluan ini, siswa harus benar-benar diminta untuk menampilkan kemampuan apresiasi sastranya secara lisan.
3. Asesmen keterampilan membaca
Kemampuan membaca adalah kemampuan memahami gagasan pihak lain yang disampaikan lewat tulisan. Untuk keperluan ini, siswa harus benar-benar diminta membaca, memahami, dan kemudian menunjukkan hasil pemahamannya terhadap teks-teks kesastraan dengan mempergunakan indikator-indikator tertentu.
4. Asesmen keterampilan menulis
Kemampuan menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan kepada pihak lain secara tertulis. Untuk menulis sebagai tugas tes kesastraan, siswa juga harus benar-benar diharuskan menulis. Secara umum ada dua macam tugas menulis yang dapat diberikan, yaitu (1) menulis sebagai hasil tanggapan terhadap teks-teks kesastraan, dan (2) menulis kreatif. Bentuk tugas yang pertama misalnya berupa membuat paraphrase puisi, membuat sinopsis novel dan cerpen, menuliskana kembali cerita drama atau sinetron yang didengar atau dilihatnya, menuliskan kembali puisi dan fiksi dengan sudut pandang lain, menyadur fiksi menjadi drama atau sebaliknya, dan lain-lain. Bentuk tugas yang kedua misalnya berupa tugas menulis puisi, cerita (pendek), atau drama sederhana.
Komentar
Posting Komentar