Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia
PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN BI
Untuk Memenuhi Mata Kuliah
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing :
M. Bayu Firmansyah. M.Pd
Disusun oleh :
Nur Lailatuz Zahroh
(16188201028)
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Kihajar Dewantara
27-29 pasuruan
Tahun ajaran 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kita begitu banyak nikmat,
diantaranya nikmat iman dan islam, lebih-lebih nikmat kesehatan sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya meskipun dalam bentuk
yang sederhana.
Salam dan
salawat semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad
SAW, nabi yang menjadi suri tauladan kita dan saya juga mengucapkan terima
kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
khususnya ucapan terimakasih kami sampaikan kepada bapak M. Bayu Firmansyah.
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Metode Pembelajaran BI yang telah menuntun dan
mengarahkan saya sampai akhirnya makalah ini selesai. Dan mudah-mudahan makalah
ini dapat memberikan manfa’at bagi para pembaca. Amin!
Dalam makalah
ini sungguh masih terdapat banyak kesalahan baik dalam bentuk penulisannya
maupun dalam bentuk penyusunannya, maka dari itu saya mengharapkan kepada para
pembaca makalah ini dapat diberikan masukan dan kritik yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Penyusun
Nur Lailatuz Z
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengajaran (teaching) dan pembelajaran
(learning) merupakan dua istilah yang dipakai untuk membedakan fokus aktiviitas
guru dan pembelajar di kelas. Istilah pengajaran fokus aktivitas lebih banyak
dilakukan oleh guru. Guru lebih banyak memeberi ceramah, menerangkan, memberi
contoh, memberi latihan, memberi pekerjaan rumah, menguji dan sejenisnya.
Sementara itu, pembelajar menuruti segala perintah guru. Pembelajar tidak
diberi hak untuk berinisiatif dan berkreasi. Aktivitas pembelajar selalu
bersifat normatif.
Sementara itu, istilah pembelajaran
memberi fokus aktivitas lebih banyak dilakukan oleh pembelajar. Pembelajar
diberi kebebasan untuk menyerap informasi dari berbagai sumber, mengumpulkan
bahan dengan mengadakan wawancara, melaporkan hasil wawancara, mengadakan
pengamatan, menganalisis, mensintetis, dan sejenisnya. Pembelajar diberi
keleluasaan untuk berinisiatif dan berkreasi berdasarkan bakat, minat
perhatian, dan motivasi mereka.
Pada saat pembelajaran berlangsung,
gurulah yang bertanggung jawab terhadap kelas itu. hanya saja, jika guru
dikelas memberikan porsi lebih besar kepada pembelajar, tidak berarti guru
benar-benar mengambil porsi yang lebih kecil. Porsi guru lebih besar diambil
diluar kelas sebelum mengajar. Mereka harus mempersiapkan materi pembelajaran,
media pembelajaran, teknik dan strategi pembelajaran, dan sebagainya. Dengan
demikian, begitu guru berada di kelas, pembelajar dapat diberi porsi lebih
besar sehingga guru tinggal menjadi fasilitator, informator, motivator,
dinamisator, moderator, administrator, dan sebagainya. Sebaliknya, jika guru
mengambil di kelas porsi yang lebih besar, itu berarti guru sebelumnya tidak
melakukan persiapan materi pembelajaran.
semakin banyak pembelajar terlibat dalam
proses belajar, maka mereka akan semakin banyak memperoleh kompetensi.
Sebaliknya, semakin sedikit seorang pembelajar terlibat langsung dalam proses
belajar, semakin sedikit kompetensi yang diperolehnya. Oleh karena itu, semua
itu harus menggugah kesadaran kita, bahwa selama ini guru telah “menelikung”
dan “mengebiri” hak-hak pembelajar selama berpuluh-puluh tahun di kelas. Kelas
bukanlah tempat yang dirindukan pembelajar, tetapi kelas merupakan penjara yang
membelenggu pembelajar.
Guru lupa bahwa inhibisi (kedala
psikologis) merupakan faktor penyumbang terbesar kegagalan belajar pembelajar
(Brown, 1980). Inhibisi itu berupa rasa malu, rasa takut, rasa cemas, rasa
khawatir yang selalu menyelimuti diri pembalajar sebagai akibat adanya dominasi
guru. Dalam paradigma baru, inhibisis harus dapat dikurangi sehingga
kemandirian pembelajar, rasa percaya diri pembelajar semakin dapat berkurang.
1.2
Rumusan Masalah
1) Apa pengertian media pembelajaran?
2) Bagaimanakah dasar pengembangan media
pembelajaran?
3) Apa saja macam-macam media
pembelajaran?
4) Bagaimanakah penyediaan media
pembelajaran?
1.3
Tujuan
1) Mengetahui pengertian media
pembelajaran.
2) Mengetahui dasar pengembangan media
pembelajaran.
3) Mengetahui macam-macam media
pembelajaran.
4) Mengetahui penyediaan media
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Media Pembelajaran
Berkaitan dengan media, perlu dijelaskan
perbedaan pengertiannya dengan alat pelajaran. Media pembelajaran adalah alat
pelajaran yang telah diisi program pembelajaran. Misalnya, tape recorder yang
dipergunakan untuk memutar kaset pembacaan puisi ketika seorang guru sedang
membelajarkan pembelajar membaca puisi dengan intonasi yang benar. Tetapi, jika
tape recorder sebagai alat visualisasi yang ditunjukkan kepada pembelajar
“seperti apa tape recorder itu”, benda tersebut sebagai alat pembelajaran.
Jadi, alat pelajaran adalah “perangkat kerasnya”, sedangkan media adalah
“perangkat lunaknya” (program yang diusun untuk membawa pesan agar pesan sampai
pada pembelajar).
Dengan kata lain, barang yang sama bagi
seorang guru mata pelajaran tertentu dapat berfungsi sebagai media, sementara
bagi guru mata pelajaran lain dapat berfungsi sebagai alat pelajaran. Tape
recorder yang di dalamnya terdapat bermacam-macam komponen, bagi guru
elektronika dapat berfungsi senagai media pembelajaran, karena guru elektronika
ingin memperlihatkan komponen yang ada di dalamnya. Sementara itu, tape
recorder bagi guru BI menjadi lat pelajaran ketika dipakai untuk memvisualkan
kata “tape recorder”, dan berubah menjadi media pembelajaran ketika tape
recorder dipergunakan untk memutar kaset yang berisi rekaman pembacaan
geguritan.
Ada juga ynag berpendapat bahwa media
adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan kepada penerima pesan
(Farida Mukti,2001:11).materi pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru adalah
pesan yang akan disampaikan kepada pembelajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di
simpulakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses
belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,
sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran dengan efektif dan
efisien.
2.2
Dasar Pengembangan Media Pembelajaran
Seperti sudah diuraikan di atas bahwa
media adalah alat pelajaran yang sudah diisi program, atau pebawa pesan yang
berasal dari sumber pesan kepaa penerima pesan (Farida Mukti,2001:11). Program
yang dimaksud adalah pesan berupa materi pembelajaran yang disusun untuk di
sampaikan kepada pembelajar dalam berbagai bentuk sajian agar mudah diserap
oleh pembelajar.
Proses transfer of knowlodge diawali
dengan melalui indera manusia, yaitu mata, ttelinga, mulut, hidung, peraba,
perasa (lidah). Semua itu akan menjadi input yang kemudian diproses dalam otak
besar. Bila otak besar merasa cocok dengan input yang diterima, selanjutnya
akan dikirim ke otak kecil untuk menjadi pengetahuan yang tidak mudah
dilupakan. Sebaliknya, bila otak besar tidak merasa cocok, input itu akan cepat
dilupakan. Hal ini disebut dengan istilah “pemnagkasan kognisi”.
Guru harus memiliki banyak cara agar
sebanyak mungkin pembelajar dapat menyimpan hasil belajarnya ke dlam ingatan
jangka panjang. Cara-cara itu antara lain: (a) menggunakan teknik tertentu yang
bervariasi, (b) menggunakan strategi tertentu yang bervariasi, (c) menggunakan
metode tertentu yang bervariasi, (d) menggunakan alat pelajaran yang
bervariasi, (e) menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Dari sekian
banyak cara itu, salah satu yang dibicarakan untuk membantu mempermudah
penyerapan informasi bau ke dalam ingatan jangka panjang adalah menggunakan
media pembelajaran yang bervariasi.
Agar media pembelajran itu dapat
efektif, ada banyak syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan media,
yaitu: (a) harus sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dikembangkan, (b)
harus sesuai dengan karakteristik pemebelajar, (c) harus disesuaikan dengan
alokasi waktu yang tersedia, (d) harus sesuai dengan ketersediaan sumber, (e)
harus disesuaikan dengan ketersediaan dana, fasilitas, dan tenaga, (f) harus
dipertimbangkan keluwesan, kepraktisan, dan daya tahan media.
2.3
Macam-macam Media Pembelajaran
Ada berbagai sifat media pembelajaran,
yaitu: (a) media berup garis, (b) media berupa gambar, (c) media berupa gerak,
(d) media berupa tulisan, dan (e) media berupa suara. Masing-masing sifat ini
dapat digabung satu sam lain, tergantung kemampuan guru dan syarat-syarat lain
yang memungkinkan pemanfaatan media tertentu. Dari sifat-sifat itu, yang
sekarang banyak dikenal orang adalah sifat media: (a) auditif, (b) visual, (c)
audio visual.
Namun, karena
perkembangan teknologi, masing-masing semakin bertambah macamnya. Rudi Bretz
(dalam Basuki Wibowo, 2001) membuat klasifikasi jenis media lebih rinci sebagai
berikut:
1) Media audio visual gerak
2) Media audio visual diam
3) Media audio visual semigerak
4) Media visual gerak
5) Media visual diam
6) Media audio
7) Media cetak
Meski klasifikasi di atas lebih rinci,
namun dasarnya tetap saja hanya tiga yaitu, visual, auditif dan audio visual.
Masing-masing tetap saja memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu,
guru harus memperhitungkan berbagai aspek sebelum menentukan media yang akan
dikembangkan.
2.4
Penyediaan Media Pembelajaran
1.
Mengidentifikasi media yang sesuai dan mudah di kembangkan
Setelah berbagai aspek yang berkaitan
dengan belajar-mengajar diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi jenis media yang akan dikembangkan. Media pembelajaran yang
akan dikembangkan tentu harus sesuai dengan karakter media yang dipilih serta
kesesuaian media dengan materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, ketersediaan
media di tempat pembelajar belajar.
Seorang guru tidak boleh memilih media
pembelajaran hanya atas dasar satu pertimbangan tertentu sehingga justru akan
mempersulit tuga guru maupun proses belajar pembelajar. Prinsip pemilihan media
adalah pertimbangan kemudahan dan ketersediaan media yang ada di sekitar
pembelajar.
2. Mengembangkan media
pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya ingin
mengembangkan kompetens pembelajar. Oleh karena itu, untuk mengembangkan
kompetensi perlu penyerapan informasi berupa materi pembelajaran yang diberikan
oleh guru. Tanpa penyerapan informasi secara baik, sangat sulit kompetensi dapat
berkembang.
Media pembelajaran harus mampu membantu
memudahkan penyerapan informasi dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka
panjnag. Jika setiap informasi penting yang berkaitan dengan pengembangan
kognitif, afektif dan psikomotor dapat diserap dengan baik oleh pembelajar,
kompetensi pembelajar akan mudah berkembang dengan baik juga.
Bagi guru yang bekerja di daerah
perkotaan, media berbasis teknologi informasi (TI) sangat mudah disediakan dan
dimanfaatkan oleh guru. Ada beberapa cara yang seharusnya mulai dikembangkan
oleh para guru untuk mengembangkan media pembelajaran. Dengan berbasis TI, guru
dapat menyiapkan materi pembelajaran melalui program power point dan dapat
ditayangkan melalui LCD di kelas atau dapat di unggah melalui web site agar dapat
di akses oleh pembelajar setiap saat.
Namun, bagi sekolah yang belum memiliki
fasilitas komputer atau internet, media pembelajaran dapat dibuat oleh guru
sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah yang ada. Misalnya, seorang guru yang
akan membelajarkan pembelajar agar mampu menguasai kesantunan berbahasa kepada
pembelajar, guru dapat memilih dan mengembangkan media visual, seperti
menggunakan tokoh wayang antara “ayah” dan “anak” yang di dialogkan sesuai
dengan tingkat kesantunan tertentu.
Langkah konkret
yang mudah untuk mempersiapkan media pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Persiapan materi yang akan dimediakan
(memilih materi dan menentukan topik-topik inti materi)
b. Tentukan jenis media yang akan
digunkan (visual, auditif, audio visual)
1)
Bila media visual: buatlah ringkasan materi dalam bentuk bagan, skema, atau
deskripsi.
2)
Bila media auditif: siapkan teks yang akan direkam, siapkan narator yang akan
direkam suaranya, lakukan perekaman di studio agar suara dapat jernih.
3)
Bila media audio visual diam: siapkan berbagai gambar yang akan divisualkan,
siapkan narator yang akan membacakan teks sebagai isian suara, padukan antara
isian suara dengan tamplan gambar.
4)
Bila audio visual gerak: buat skenario materi yang akan dimediakan, siapkan
pelaku-pelaku yang akan memerankan tokoh pembawa pesan materi, lakukan
pelatihan pemeranan pembawa pesan, pilih lokasi shoting (in door atau out
door), siapkan kameramen lengkap dengan peralatannya, lakukan shoting, lakukan
editing hasil shoting sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c. Gunakan hasil pengembangan media
untuk melakukan pembelajaran di kelas.
d. Evaluasilah efektivitas
penerapan media dalam mengembangkan kompetensi pembelajar.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
media pembelajaran adalah alat yang
dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna
pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan atau
pembelajaran dengan efektif dan efisien. Agar media pembelajran itu dapat
efektif, syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: (a) harus
sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dikembangkan, (b) harus sesuai dengan
karakteristik pemebelajar, (c) harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang
tersedia, (d) harus sesuai dengan ketersediaan sumber, (e) harus disesuaikan
dengan ketersediaan dana, fasilitas, dan tenaga, (f) harus dipertimbangkan
keluwesan, kepraktisan, dan daya tahan media.
Media juga memiliki berbagai macam
jenis, antara lain: Media audio visual gerak, media audio visual diam, media
audio visual semigerak, media visual gerak, media visual diam, media audio dan
media cetak. Dalam menyediakan media pembelajaran, yang harus dilakukan ialah:
(1) Mengidentifikasi media yang sesuai dan mudah di kembangkan, (2)
Mengembangkan media pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Basuki Wibowo, Dr. Dan Dr. Farida Mukti,
M.Si. 2001. Media Pengajaran. Bandung: C.V. Maulana.
Pranowo. 2015. Teori Belajar Bahasa.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR
Komentar
Posting Komentar