Analisis Wacana dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

 Tugas
(Metode Pembelajaran)
Analisis Wacana Dalam Pembelajaran Bahasa



Dosen Pembimbing :
M. Bayu Firmansyah, M.PP

 Disusun oleh :
Nur Lailatuz Zahroh   (16188201028)


STKIP – STIT PGRI PASURUAN
Jln. Ki Hajar Dewantara No 27-29 Pasuruan Telp (0343) 421948
Prodi PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
ANGKATAN 2016 A





 Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadiran tuhan yang maha esa atas limpah dan karunia nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Wacana Dalam Pembelajaran Bahasa” ini dengan lancar, penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen mata kuliah “Metode Pembelajaran” yaitu Bapak M. Bayu Firmansyah, M. Pd

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data data yang kami peroleh dari buku buku panduan maupun media elektronik atau internet yang berkaitan dengan Analisis Wacana Dalam Pembelajaran. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Metode Pembelajaran atas bimbingan dalam penulisa makalah ini. Juga kepada rekan rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga makalah ini dapat di sesuaikan tepat pada waktunya.

Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, sehingga dapat menambah wawasan kita mengenai wawancara. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.





                                                                              Pasuruan, 13 November 2017




                                                                                                                                    Penyusun








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
1.1 Latar belakang.........................................................................
1.2 Rumusan masalah...................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................
 2.1 Pengertian Wacana Dalam Pembelajaran Bahasa..................
2.2 Cara Mengetahui Karekteristik Wacana.................................
2.3 Jenis-Jenis Wacana Dalam Pembelajaran Bahasa...................
2.4 Contoh Wacana Dalam Pembelajaran Bahasa……………….

BAB III PENUTUP ..................................................................................
3.1 Kesimpulan...............................................................................
3.2 Saran.........................................................................................
 





BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
   
       Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan. Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak  asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat.Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan. Di dalam wacana juga terdapat sejarah,prinsip-prinsip, dan pondasi yang disampaikan penulis. Seperti yang dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.
Pembahasan wacana berkaitan erat dengan pembahasan keterampilan berbahasa terutama keterampilan berbahasa yang bersifat produktif , yaitu berbicara dan menulis. Baik wacana maupun keterampilan berbahasa, sama-sama menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi sosial (konversasi dan pertukaran) dan pengembangan tema (monolog dan paragraf).

1.2 Rumusan Masalah
 1. Apa yang dimaksud dengan wacana?
 2. Bagaimana karakteristik wacana?
 3. Jelaskan jenis-jenis mengenai wacana?
 4. Bagaimanakah contoh mengenai wacana dalam pembelajaran bahasa?


1.3 Tujuan dan manfaat
  1. Untuk mendeskripsikan pengertian mengenai wacana.
  2. Untuk mendeskripsikan apa itu fungsi wacana.
  3. Untuk mendeskripsikan mengenai jenis-jenis wacana.
  4. Untuk mendeskripsikan mengenai contoh wacana dalam pembelajaran bahasa.








BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Pengertian Wacana
 
        Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial.Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran.Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis .Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana.Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan.Wacana merupakan rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proporsi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. (J.S.Badudu,2000). Sedangkan ( Hawtan,1987 ) wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlibat sebagai sebuah pertukran diantara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
Menurut Alwi, dkk (2003:42), wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5), wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat  atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata. Lebih lanjut, Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk dari unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.
        Dari beberapa pendapat Yang relative penting berkaitan dengan wacana ialh definisi yang dikemukakan oleh cook, wacana adalah suatu penggunaan bahasa dalam komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.


2.2. Karekteristik Wacana
 
       Wacana merupakan medium komunikasi verbal yang bisa diasumsikan dengan adanya penyapa (pembicara dan penulis) dan pesapa (penyimak dan pembaca).

Ciri-ciri Wacana:
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diperoleh ciri atau karakterisitik sebuah wacana.Ciri-ciri wacana adalah sebagai berikut.
Satuan gramatikal
Satuan terbesar, tertinggi, atau terlengkap
Untaian kalimat-kalimat
Memiliki hubungan proposisi
Memiliki hubungan kontinuitas, berkesinambungan
Memiliki hubungan koherensi
Memiliki hubungan kohesi
Rekaman kebahasaan utuh dari peristiwa komunikasi
Bisa transaksional juga interaksional
Medium bisa lisan maupun tulis
Sesuai dengan konteks
Syamsuddin (1992:5) menjelaskan ciri dan sifat sebuah wacana sebagai berikut.
Wacana dapat berupa rangkaian kalimat ujar secara lisan dan tulis atau rangkaian tindak tutur
Wacana mengungkap suatu hal (subjek)
Penyajian teratur, sistematis, koheren, lengkap dengan semua situasi pendukungnya
Memiliki satu kesatuan misi dalam rangkaian itu
Dibentuk oleh unsur segmental dan nonsegmental
Unsur Pembentuk Wacana
Wacana berkaitan dengan unsur intralinguistik (internal bahasa) dan unsur ekstralinguistik yang berkaitan dengan proses komunikasi seperti interaksi sosial (konversasi dan pertukaran) dan pengembangan tema (monolog dan paragraf).
 Konteks dan Ko-teks
Wacana merupakan bangunan semantis yang terbentuk dari hubungan semantis antarsatuan bahasa secara padu dan terikat pada konteks.Ada bermacam-macam konteks dalam wacana.Wacana lisan merupakan kesatuan bahasa yang terikat dengan konteks situasi penuturnya. Konteks bagi bahasa (kalimat) dalam wacana tulis adalah kalimat lain yang sebelum dan sesudahnya, yang sering disebut ko-teks.
Fairdough (dalam Eriyanto, 2008:289) melihat teks dalam berbagai tingkatan.Sebuah teks bukan hanya menampilkan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antarobjek didefinisikan.Setiap teks pada dasarnya, menurut Firdough dapat diuraikan dan dianalisis dari ketiga unsur tersebut.
UnsurYang ingin dilihat
Representasi
Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau apapun ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
Relasi
Bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak, dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
Identitas
Bagaimana identitas wartawan, khalayak, dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks.

2.3. Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi empat  yaitu sbb:
1. Wacana Narasi  Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif.Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
2. Wacana Deskripsi Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya.Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.
3. Wacana EksposisiKarangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.
4. Wacana Argumentasi Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang.Tahapan menulis karangan argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.

 Jenis- jenis Wacana menurut para ahli:
  Menurut pendapat Leech (1974, dalam Kushartanti dan Lauder, 2008:91) tentang fungsi bahasa, wacana dapat diklasifikasi sebagai berikut.
Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresif, seperti wacana pidato.
 Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar komunikasi, seperti wacana perkenalan dalam pesta.
Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media massa.
Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu.
Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.

  Menurut Djajasudarma (1994:6), jenis wacana dapat dikaji dari segi eksistensinya (realitasnya), media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian.
Realitas Wacana
Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada struktur apa adanya; nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna)
Media Komunikasi Wacana
Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis.Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan percakapan.Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana.
Pemaparan Wacana
Pemaparan wacana sama dengan tinjauan isi, cara penyusunan, dan sifatnya. Berdasarkan pemaparan, wacana meliputi naratif, prosedural, hortatori, ekspositori, dan deskriptif.
Jenis Pemakaian Wacana
Jenis pemakaian wacana berwujud monolog, dialog, dan polilog.Wacana monolog merupakan wacana yang tidak melibatkan bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara dua pihak yang berkepentingan. Wacana yang berwujud dialog berupa percakapan atau pembicaraan antara dua pihak. Wacana polilog melibatkan partisipan pembicaraan di dalam konservasi.

2.4. Contoh Wacana Dalam Pembelajaran Bahasa

JANGAN ABAIKAN PEKERJAAN RUMAH.
       
        Secara umum tugas dari guru untuk siswa dinamakan PR atau pekerjaan rumah. PR meliputi berbagai bidang studi,seperti matematika,menggambar, keterampilan, dan agama.PR diberikan agar anak melatih diri di rumah dan belajar sendiri tanpa bantuan guru. Tidak ada salahnya jika seorang anak menanyakan satu atau dua soal yang kurang di pahaminya. Jika anak bertanya mengenai semua soal, jelas ia tidak menangkap guru di dalam kelas, berarti perhatian anak terbagi kemasalah lain di luar kelas.  
     PR dapat juga di kerjakan secara berkelompok.Namun, yang lebih efisien tentulah kelompok kecil yang terdiri atas dua atau tiga orang.Namun, yang lebih baik apabila PR itu di kerjakan sendiri.Setelah masing-masing selesai, barulah di periksa bersama kelompok dan hasilnya dapat menunjukkan kemampuan individu.Yang terburuk jika anak tidak membuat PR atau hanya mencontoh atau menjiplak pekerjaan teman yang pandai. Hal itu justru akan merugikan siswa itu sendiri.
     Guru akan sangat kecewa apabila siswa tidak menerjakan PR yang diberikannya. Guru memberikan PR bertujuan agar siswa secara tidak langsung belajar di rumah bukan merupakan suatu hukuman. Namun,hal itu merupakn rasa tanggung jaeab seorang murid terhadap tugas yang di berikan oleh guru.
PR adalah salah satu bentuk belajar.Jadi tanpa PR anak harus tetap menyisihkan waktu untuk belajar setiap hari dengan teratur dan penuh tanggung jawab. Orang tua yang selalu memperhatikan kegiatan belajar putra-putrinya akan sangat membantu guru dalam menjalankan tugasnya.
     Banyak guru sependapat bahwa anak-anak yang rajin membuat PR apabila ulangan mereka akan mendapatkan nilai yang memuaskan. Sayangnya, justru anak-anak yang pandailah lebih rajin membuat PR  daripada anak-anak yang kurang pandai. Ada anak yang kurang pandai, tetapi rajin membuat PR. Namun, banyak pekerjaannya yang salah sehingga menjadi malas.Anak model itu harus dibimbing dan selalu didekati.
Sesungguhnya tidak ada anak yang pandai secara tiba-tiba atau dalam waktu yang sangat pendek.Semua keberhasilan biasanya dicapai secara bertahap melalui kerja keras yang dibina sejak kecil dan berkelanjutan terus-menerus. Tidak ada salahnya apabila kita membiasakan diri untuk bekerja keras sejak usia dini dan menghargai waktu serta menggunakannya dengan baik.latihan ini akan bermanfaat.


                                                           


BAB III
PENUTUP
                                                   

3.1. Kesimpulan

        Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan, kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat.Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan.Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya.





                     

DAFTAR PUSTAKA

Anton. M. Moelino (ed).1998. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dounglas, Mc. 1976. Sanskrit Dictionary New York: Colombia Universiy.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Strategi Belajar Mengajar

PROFIL PEMBELAJARAN BAHASA